[DEEP TALK] Soulmate?

Di senja ini aku ingin membahas sebuah kesesatan yang tanpa disadari sering terjadi di dalam kehidupan, khususnya bagi mereka yang menganut faham soulmate.

Kenapa, ada apa dengan soulmate?

Ada sebuah ulasan menarik, jadi ceritanya pertemuan ke enam pengantar ilmu komunikasi setelah UTS, dosen kami membahas mengenai bagaimana caranya berbicara di depan umum, atau bahasa kekiniannya public speaking. Tentunya itu menjadi makanan sehari-hari bagi anak PR tentunya. Intinya adalah, dalam public speaking, seseorang akan mengingat betul apabila kita melakukan dengan cara yang berbeda.

Namun disini, ada pelajaran di dalam pelajaran.

“sebelumnya mohon maaf kepada penganut paham soulmate, namun bagi saya ini sangat tidak masuk akal,” katanya. Lalu beliau mengambil sebuah ember plastik berisi air, lalu ada tiga gelas kosong dan satu gelas yang sudah diberi lubang. Apa yang dilakukan dosen dengan benda tersebut?

Beliau menerangkan, bahwa soulmate ibarat dua gelas berisi setengah air. Dua gelas itu bayangkanlah satu perempuan dan satu laki-laki. Keduanya memiliki isi yang sama, dalam sebuah hubungan pastilah salah satu merasa kurang puas dengan apa yang telah dimiliki, maka salah satu dari dua gelas tersebut katakanlah meminta perhatian dari pasangannya, kemudian pasangannya memberi, yang diberi pun bahagia. Munafik rasanya kalau pasangan tersebut ikut bahagia, sebab secara tidak sadar ia telah memberi seluruhnya, dan yang ia miliki sudah tidak ada. Kemudian si pasangan ini merasa tidak adil, akhirnya ia meminta pasangannya kembali untuk memberikan balasan, akhirnya pasangan tersebut memberi, hingga akhirnya tak sadar apa yang ia punya sudah habis.

Hal itu akan terjadi terus menerus, inilah sebabnya mengapa sebuah hubungan ada yang namanya PHO (Perusak Hubungan Orang), atau baiknya orang ketiga. Sebenarnya orang ketiga ini nggaada masalah apa-apa, namun lelaki terkadang terlalu memberi banyak kepada pasangannya, sehingga pasangannya merasa senang dan lelaki merasa tidak di beri balasan apapun oleh pasangannya. Sehingga lelaki ini merasa dirinya ada yang kurang, maka dari itu ia mencari orang lain untuk mengisi kekosongannya.

Lalu dosen tersebut menjelaskan, sebaiknya sebuah hubungan bukanlah bagaimana penuhi aku, tapi ayo kita sama-sama bahagia tanpa mengurangi kebahagiaan satu sama lain.

Dan dari sini tersadar bahwa ternyata cinta bukanlah untuk menuntut pasangan agar selalu membahagiakan kita, tetapi bagaimana kita menciptakan kebahagiaan bersama.


Keep In Touch with Me 

Twitter : @diaanacil
Instagram : @diaanacil
Ask.fm : @diaanacil
Snapchat : heecil18

Comments